PERANAN PENAMBAHAN BAP DAN NAA PADA PERTUMBUHAN KALUS KEDELAI (Glycine max Merr) MENGGUNAKAN MEDIA B5
Main Article Content
Abstract
Regenerasi kalus dalam kultur jaringan, hal ini dapat berupa regenerasi kalus menjadi tunas dalam tahapan in vitro. Dalam regenerasi melalui kultur jaringan ada tahapan – tahapan organogenesis dan embriogenesis. Metode eksperimen dilakukan dalam penelitian, denganRancangan Acak Lengkap (RAL) sedangkan data dianalisismenggunakan uji anova. Penambahan BAP dan NAA berbagai kosentrasi BAP, kontrol; 2 ppm ; 3 ppm ; 4 ppm dan kosentrasi NAA, kontrol; 0,2 ppm; 0,3 ppm; 0,4 ppm.induksi kalus dilakukan dengan menggunakan hormon 2,5-D 4 ppm dalam media B5.BAP dan NAA dilakukan dalam subkultur dari kalus yang terbentuk. Hasil penelitian ini terlihat bahwa pertumbuhan kalus yang semula berwarna putih terjadi perubahan. Perlakuan BAP 3 ppm dan NAA 0,3 ppm kalus berubah menjadi hijau, hal ini menunjukkan warna hijau akan tumbuh menjadi tunas. Ternyata pemberian kosentrasi yang berbeda akan menghasilkan variasi warna maupun struktur kalus. Ternyata perlakuan kontrol menunjukkan warna hijau dengan struktur kompak, sedangkan perlakuan BAP 4 ppm dan NAA 0,4 ppm bewarna coklat kekuningan dengan struktur remah. Secara deskriptiv berat maupun diameter mengalami peningkatan pada BAP 4 ppm dan NAA 0,4 ppm mengalami peningkatan dari 0,63 g menjadi 4,21 g dan mengalami peningkatan diameter sebesar 0,38 g menjadi 0,67 g dibandingkan dengan perlakuan kontrol tidak mengalami peningkatan. Sehingga hasil yang terbaik pada kombinasi BAP 4 ppm dan NAA 0,4 ppm. pada hasil uji anova menunjukkantidak adanya perbedaan signifikan pada 4 kelompok perlakuan tersebut.
Article Details
Copyright and Attribution:
Jurnal Biosaintropis (Bioscience-Tropici s licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License (CC-BY). The work has not been published before (except in the form of an abstract or part of a published lecture or thesis) and it is not under consideration for publication elsewhere. When the manuscript is accepted for publication in this journal, the authors agree to automatic transfer of the copyright to the publisher.
Permissions:
Authors wishing to include figures, tables, or text passages that have already been published elsewhere and by other authors are required to obtain permission from the copyright owner(s) for both the print and online format and to include evidence that such permission has been granted when submitting their papers. Any material received without such evidence will be assumed to originate from one of the authors.
Ethical matters:
Experiments with animals or involving human patients must have had prior approval from the appropriate ethics committee. A statement to this effect should be provided within the text at the appropriate place. Experiments involving plants or microorganisms taken from countries other than the authors™ own must have had the correct authorization for this exportation.
References
[2] Darmadjati, D. S., Marwoto, D. K. S. Swastika, D. M. Arsyad & Y. Hilman. 2005. Prospek dan Pengembangan Agribisnis Kedelai. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
[3] E, Pratiwi & Rahayu T, 2013. Uji Hormon NAA dan BAP dalam Medium MS untuk Pertumbuhan Eksplan alfalfa (Medicago sativa L) dari Berbagai Sumber Eksplan. Jurnal Ilmiah Biosaintropis. Volume: 1 No. 1.
[4] Gunawan,L.W. 1988. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan.Laboratorium Kultur Jaringan PAU Bioteknologi.Institut Pertanian Bogor. Bogor.
[5] Litz, R.E & D.J. Gray. 1995. Somatic embryogenesis for agriculture improvment. World Jour. Microbiol. And Biotech 11 : 416-425.
[6] Nisak, K, T. Nurhidayati, & K. I. Purwani. 2012. Pengaruh Kombinasi konsentrasi ZPT NAA dan BAP pada Kultur Jaringan Tembakau Nicotiana tabacum var. Prancak 95. Sains Dan Seni Pomits, 1(1): 1-6.
[7] Pardal, SP. 2002. Perkembangan penelitian regenerasi dan transformasi pada tanaman kedelai.Buletin AgroBio 5(2): 37-44)
[8] Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plant. F. Martinus Nijhoff Publisher Dordrecht, Netherlands.
[9] Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas. IPB. Bogor.